Jokes Ala Gus Dur

Tiga Polisi Jujur

Gus Dur sering terang-terangan ketika mengkritik. Tidak terkecuali ketika mengkritik dan menyindir polisi.

Menurut Gus Dur di negeri ini hanya ada tiga polisi yang jujur. "Pertama, patung polisi. Kedua, polisi tidur. Ketiga, polisi Hoegeng (mantan Kepala Polisian RI)."

Lainnya? Gus Dur hanya tersenyum.



Tahu Jumlah Peserta Seminar Lewat Shalawat

Seperti biasa aja, Gus Dur datang ke sebuah acara seminar dengan gaya naturalnya. Dan waktu itu Gus Dur membuka acara dengan meminta para hadirin untuk membaca shalawat untuk Nabi dulu. Begitu suasana sudah hening lagi setelah beberapa saat pada semangat baca shalawat, Gus Dur langsung membuka satu rahasia.

"Tujuan shalawat tadi, selain dapat ganjaran (pahala), juga biar saya jadi tahu berapa banyak peserta yang hadir. Habisnya saya kan nggak ngeliat. Ya udah, dengan shalawat saja," terang Gus Dur.


Maju Aja Dituntun, Apalagi Mundur

Gus Dur dalam berbagai kesempatan selalu berkata jujur. Akibat kejujurannya itu, kadang kala disertai humor "tingkat tinggi" yang membuat para pendengarnya tergelak.

Salah satu contohnya kala Gus Dur menanggapi berbagai desakan agar dirinya mundur. Tanpa basa-basi dia pun menimpali.

"Maju aja masih haru dituntun, apalagi mundur," ujar Gus Dur.

Dilarang Saling Melempar

Gus Dur seperti tak pernah kehabisan cerita, khususnya yang bernada sindiran politik. Menurut dia, ada kejadian menarik di masa pemerintahan Orde Baru. Suatu kali Presiden Soeharto berangkat ke Mekkah untuk berhaji. Karena yang pergi seorang presiden, tentu sejumlah menteri harus turut mendampingi. Termasuk "peminta petunjuk" yang paling rajin. Menteri Penerangan Harmoko.

Setelah melewati beberapa ritual haji, rombongan Soeharto pun melaksankan jumrah, yakni simbol untuk mengusir setan dengan cara melempar sebuah tiang mirip patung. Di sinlah muncul masalah, terutama bagi Harmoko. Beberapa kali batu yang dilemparnya selalu berbalik arah menghantam jidatnya.

Harmoko melempar lagi. Dan batu yang dilemparnya kembali lagi membentur jidatnya. "Wah kenapa jadi begini, ya?" pikir Harmoko, mulaii gemetar karena takut. Ia lalu berpindah posisi.

Hasilnya sama saja: batu yang dilemparnya seperti ada yang melempar balik ke arah dirinya. Setelah tujuh kali lemparan hasilnya masih sama, Harmoko menoleh kiri kanan, mencari posisi Presiden Soeharto untuk "meminta petunjuk". Ketemu, lalu dengan tergopoh-gopoh menghampiri Bapak Presiden.

Namun, sebelum sampai di hadapan Bapak Presiden, ia turut mendengar bisikan. "Hai manusia, sesama setan dilarang saling melempar."
Sepakbola Indonesia Masuk Piala Dunia

Gus Dur dianggap oleh warga NU memiliki kelebihan seperti halnya para wali. Tak heran jika apapun juga banyak orang menanyakan kepada Gus Dur. Termasuk ketika Piala Dunia 2006 silam.

"Gus, yang masuk final kira-kira siapa ya?"
"Ya pokoknya kalau nggak Argentina, Jerman, Brasil, ya Prancis."

Ternyata apa yang dikatakan Gus Dur benar. Salah satu dari empat tim itu lolos sampai final. Mungkin karena Gus Dur menyebut empat tim sekaligus. Tapi Bolamania tetap beranggapan Gus Dur memang wali.

"Wih, Gus Dur wali beneran nih."

Tapi jawaban Gus Dur langsung berubah pesimistis ketika ditanya kapan tim sepakbola Indonesia masuka Piala Dunia. Dengan agak berpaling muka, Gus Dur nanggapi pertanyaan.

"Wah, masih lama."
"Berapa Gus, 20 tahun lagi?"
"Wah, pokoknya masi lama. Lama sekali."
Mumi 225 M

Suatu saat Gus Dur bersama dengan sahabatnya Bill Clinton sedang berjalan-jalan di sebuah museum di Lambah Baliem, Papua. Lalu mereka melihat sebuag mumi yang di bawahnya bertuliskan 225 M.

Bill Clinton: "225 M itu maksudnya apa ya?"
Gus Dur: "Mungkin itu nomor mobil yang menabraknya dulu."

antiklikkanan